Kata orang travelling itu bukan semata masalah destinasi tetapi dengan siapa kamu pergi. Saya setuju dengan ini, bahkan kesenangannya sudah dimulai sejak tahap perencanaan. Dan, Bangkok akan menjadi tempat yang menyenangkan untuk berjalan bersama sahabat.
***
“Kenapa kamu akhirnya
mengurus paspormu yang hilang?” tanya Angga, sahabat saya sejak kami masih
berseragam putih abu-abu.
“Bukankah selama ini kamu malas mengurusnya, dan
takut dengan perkataan orang mengenai dendanya.” Sambung Angga lagi.
Saya menunduk,
mengaduk-aduk teh leci kesukaan dan menyesapnya pelan-pelan. “Entahlah, saya
mungkin ingin melangkah lebih jauh.” Jawab saya sambil mengangkat bahu. Saya
tahu pasti tak mudah menabung untuk melihat negeri-negeri lain. "Tak ada
salahnya bersiap, kan.” Kata saya lagi.
Angga tersenyum, lalu
terdiam sambil memainkan kopi dalam cangkir. "Saya ingin ke Bangkok,"
katannya.
Pernyataan tiba-tiba itu tak lagi membuat saya terkejut. Sejak lama
saya mengetahui Angga ingin menginjakkan kaki di negeri gajah putih itu.
Selembar foto sang ayah di depan Grand Palace yang menjadi pemicunya.
Satu-satunya benda kenangan akan ayahnya.
"Hei, bagaimana
jika kita wujudkan impianmu itu," kata saya.
Tangan Angga seketika
berhenti mengaduk, matanya terbelalak dan senyum seketika merekah di bibirnya.
Bagaikan boneka kucing keberuntungan, kepalanya terus mengangguk-angguk. “Kita
harus ke Grand Palace” katanya. Lalu menyodorkan gawainya pada saya. Ternyata,
ia bahkan sudah melakukan berbagai pencarian informasi selama ini. Layar gawai
menampilkan paket perjalanan selama 3 jam dari www.airasiago.co.id. Menarik juga pikir
saya sambil membayangkannya. Saya akan dijemput di hotel lalu diajak mengunjungi
kompleks tempat tinggal raja Thailand ditemai seorang pemandu. Sepanjang
perjalanan saya akan diceritakan mengenai arsitektur yang menghiasi istana yang
dibangun tahun 1782 itu. Selain itu, jelas saya akan membayangkan bagaimana
terharunya Angga bisa menginjakkan kaki di sana. Dan, mungkin saja ia akan
membuat rekonstruksi foto milik ayahnya.
“Pasti, Grand Palace
akan masuk itinerary kita untuk hari pertama,” kata saya dengan yakin. Saya
mengembalikan gawai milik Angga lalu membuka situs www.airasiago.co.id di gawai saya
sendiri. Meneliti satu demi satu rekomendasi atraksi wisata yang terdapat di
dalamnya.
”Mari kita buat itinerary-nya!” Ajak saya pada Angga. Kami memutuskan
untuk mengambil paket bundling tiket pesawat sekaligus hotel. Alasannya
sederhana, selain murah tentu saja karena kami malas untuk mencarinya secara
terpisah. Kami ingin tiba sedini mungkin di Bangkok, agar dapat lebih banyak
waktu untuk mengekplorasi kota ini. Untuk penginapan kami juga bersepakat untuk
memesan hotel yang berada di pusat kota dan Shangri-La Wing, Deluxe River ViewRoom, 2 Twin Beds adalah pilihan kami. Warna warni lampu kota akan memanjakan
mata kami saat malam tiba. Selain itu, kami juga berencana memesan transportasi bandara melalui www.airasiago.co.id untuk menuju ke hotel. Ini adalah pilihan terbaik, ketimbang mengurusnya di sana atau menggunakan transportasi umum. Kami hanya takut nyasar. Setelah menitipkan koper, kami hanya perlu menunggu jemputan untuk menuju Grand Palace.
“Wah, ada Sea World versi Bangkok, nih.” Kata saya dengan mata jenaka. Angga membalas dengan
anggukan. Sebagai pecinta bawah air, kami tak mau melewatkan tempat ini. Suasanya
dalam wahana aquarium terbesar di Asia Tenggara ini terkesan damai. Menyusuri
terowongan yang meliuk secara perlahan seakan membawa kami kedunia lain.
Bayangkan, ada 30,000 satwa laut yang siap bercengkrama. Ini akan jadi
pengalaman yang menyenangkan, pikir saya.
Sea Life Bangkok Ocean World, www.airasiago.co.id |
Untuk makan siang hari
pertama kami memilih untuk berburu Mango Sticky Rice demi memuaskan rasa
penasaran akan rasanya. Tak perlu makanan berat karena saya tertarik untuk
menyeret Angga mengikuti kursus memasak makanan khas Thailand di Blue Elephant Cooking School. Kesempatan langka yang tak boleh dilewatkan, bertemu dan
diajari memasak oleh koki-koki hebat di Thailand. Siapa tahu, setelah ini saya
bisa menjadi peserta kompetisi memasak, kan. “Lihat, kita akan disuguhi
minuman herbal khas dan memasak 4 hidangan,” kata saya. Jadi, pasti perut ini
akan kenyang dengan hasil masakan sendiri.
“Ok, karena kamu sudah
memilih kegiatan sore, saya akan memilih untuk malam harinya,” kata Angga. “
Bagaimana jika kita melihat pertunjukkan Siam Niramit,” sambungnya.
Saya tentu
saja meyetujuinya. Selain alam, budaya tentu saja menjadi hal yang diincar
ketika mengunjungi sebuah negara. Mempelajari budaya Thailand dengan suguhan
yang memanjakan panca Indra seperti yang terdapat dalam paket rasanya menjadi
pilihan yang sulit untuk ditolak. Apalagi ada fasilitas penjemputannya pula.
Hari ke-2, kami
sepakat untuk menghabiskan hari bermain di sisi sebelah utara kota Bangkok.
Menikmati kota tua Ayuttaya dengan sepeda, menjelajahi waktu kembali ke 200
tahun silam, membayangkan seperti apa wujud asli reruntuhan di sana. Mengagumi
berbagai Pagoda yang bediri kokoh melewati zaman, berkunjung ke desa hingga
berpura-pura menjadi penghuni Istana Musim Panas Bang Pa-In. Saya sadar dengan bobot tubuh yang besar,
tentu saya akan kehabisan napas ketika mengayuh sepeda. Tetapi, saya yakin akan
mendapatkan banyak cerita di lokasi yang menjadi situs pusaka dunia versi
Unesco ini. Paket yang ditawarkan oleh AirAsiaGo ternyata sudah termasuk
penjemputan dan makan siang sehingga kami tak perlu merisaukan bagaimana cara
menuju kota tua Ayuttaya.
“Karena saya tahu kamu
pasti kelelahan setelah bersepeda seharian, bagaimana jika kita ambil paket petualangan jajan pinggir jalan untuk malam harinya?” Usul Angga. “Menarik, tapi rasanya saya tak sanggup lagi
berjalan.” Jawab saya. "Hei, ini akan menyenangkan. Surga makanan kecil, ada
pemandunya dan naik tuk-tuk,” lanjut Angga.
Saya segera membaca paket yang
tertera di www.airasiago.co.id tersebut dan segera menyetujuinya. Bayangkan saya akan
diajak keluar masuk lorong sempit dengan tuk-tuk. Lalu menjelajahi pasar Saphan
Khao dan Phra Athit Road yang memiliki banyak penjual jajanan khas. Melihat
gambarnya pun ternyata mampu membuat saya menteskan liur. Sate sosis, bakso
ikan gilling, roti tradisional Bangkok dan menutup hari dengan bersantai sejenak di tepian sungai Chao Praya.
Ah, Bangkok ternyata memiliki kehidupan
malam yang menarik, pikir saya.
“Kalau begitu hari
ke-3 kita harus ke pasar apungnya,” kata saya.
“Apa menariknya, di
Banjarmasin kan juga ada,” kata Angga dengan muka mengesalkan.
“ Satu, pasar terapung
Damnoen Saduak ini lokasi syutingnya City Hunter.” Kataku sambil menyebutkan
sebuah drama favorit. “Dua. Pasar tradisional selalu menampilkan hal-hal
otentik dari sebuah daerah,” sambung saya lagi.
Damnoesn Saduak memang
berada agak sedikit di luar kota Bangkok tetapi dengan mengambil paket, kami
tak perlu risau mengenai transportasi. Penjemputan akan dilakukan di Hotel.
Mobil akan membawa kami melihat gaya hidup masyarakat di pedesaan sepanjang
distrik. Melihat proses pembuatan gula dan cerita mengenai aliran sungai
Damoean Saduak. Bukankah hal paling menyenangkan adalah berinteraksi dengan
orang lokal. Akan ada banyak cerita dari interaksi yang tercipta. Tak lupa,
menaiki sampan dan menyusuri sungai sambil melihat suasana pasar serta
menemukan harta karun tak terduga yang tersimpan diantaranya.
Pasar Terapung, www.airasiago.co.id |
Kembali ke Bangkok,
tentu saja Chatuchak Weekend Market adalah pemuas dahaga belanja yang sempurna
untuk didatangi. Membeli sedikit oleh-oleh untuk orang kantor dan keluarga
adalah agenda yang cukup penting. Sedikit sogokan, agar mudah mendapatkan
ijin untuk perjalanan selanjutnya.
“Hei, ternyata
merencakan perjalanan bisa semenyenangkan ini” Kata Angga. Saya mengamininya.
Merencanakannya saja sudah membuat bahagia bagaimana nanti melakukannya.
Bangkok adalah kota yang ramah untuk wisatwan, kota tempat mimpi kami berada. Mimpi
untuk menginjakkan kaki di negeri lain, dan mimpi untuk melakukan perjalanan
dengan sahabat.
***
Artikel ini diikutsertakan pada kompetisi #AAGOMakeItReal . Kamu juga bisa mengikuti lomba ini dengan informasi lengkap di sini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar