Senin, 18 Maret 2013

merapi dan teman seperjalanan


Semalam tanpa sengaja saya melihat nidji menyanyikan ost 5cm di sebuah sasiun televisi. seketika saya teringat kembali perjalanan saya ke gunung Merapi pada pergantian tahun kemarin. Pengalaman pertama saya mendaki gunung. Bukan pada pencapain saya, bukan kenyataan bahwa saya berhasil, bukan karna saya akhirnya bisa mendaki gunung, bukan itu semua. Tetapi pada canda-tawa selama perjalanan tersebut. Kenyataan bahwa saya memiliki travelmate yang luar biasa hebat, dengan begitu sabar menemani saya sampai kembali ke basecamp.

Mimpi bisa naik gunung sudah saya miliki sejak saya kuliah, pacar saya saat itu adalah seorang pecinta alam sedangkan saya adalah aktivis organisasi kemahasiswaan dan pada akhirnya kami mempunyai idola yang sama yaitu Soe Hoe Gie walalupun dari sisi yang berbeda. Tetapi saat itu dia hanya menjanjikan membawa saya ke gunung gede dan selalu mengatakan bahwa saya harus latihan lari... latihan ini, itu sebelum mendaki dan tidak pernah kesampean sampai akhirnya kami berpisah.

Sejak itu saya seperti melupakan mimpi yang satu ini. Kalaupun ada keinginan adalah sekedar merasakan gunung papandayan yang kata orang merupakan tempat yang rekomen banget bagi pendaki pemula.

tetapi mimpi itu terwujud. bermula dari pesan singkat teman saya ridho alias deli yang mengetahui keberadaan saya di jogja dan mengajak saya untuk turut serta pendakian ke merapi. Saat itu saya cuma menanyakan kembali keseriusannya. mengingat saya belum pernah naik gunung dan terlebih dengan bobot saya yang besar ini bisa jadi akan menyulitkan perjalanan nanti. Deli hanya membalas kalo kita akan jalan santai jadi saya tidak perlu katir.

Satu hari sebelum berangkat, saya bertemu dengan deli dan ajo. Meraka adalah travelmate saya dalam perjalanan ini. Saat itu deli memberi penjelasan singkat mengenai rencana pendakian. Jujur saya lihat deli memang sudah sangat matang merencanakan ini. Ia juga menjelaskan perlengkapan yang kita butuhkan. Ia meminta saya membawa 2 stel pakaian dimana yang satu dibawa di dalam rnasel dan yang satunya akan di tinggal di motor untuk jaga-jaga, lalu jas hujam, sepatu (yang in saya gak bawa krn sepatu ada di jakarta), coklat minimal 1 orang 2 bar, air mineral kemasan 1.5 liter minimal 2 botol per orang, dan jaket selebihnya deli dan ajo yang menyiapkan untuk saya.

31 Desember 2012 jam 3 sore

deli menjemput saya di penginapan lalu kami menuju rumah seorang teman deli untuk meminjam nesting/trangia, namun rupanya teman deli tidak berada ditempat begitupula dengan nestingnya, berikutnya kami menuju kosan ajo untuk repaking . Rupanya ajo sudah menyiapkan makanan berat untuk kami nanti. Jadi kami tidak perlu lagi membeli logistik. Selanjutnya kami mengarahkan motor ke sebuah toko alat adventure dan memebeli parafin. Setelah semua siap, kami berjalan kembali menuju selo.

Tiba di jalan raya magelang hujan turun dengan derasnya dan kami memutuskan melanjutkan perjalanan dengan menggunakan jas hujan. Perjalanan menuju selo di dominasi oleh jalanan yang berkelok-kelok serta naik turun, berkali-kali saya bertanya ke deli: " kuat gak del ini motornya, kalo gak kuat gw turunn aja", dan selalu diajawab dengan "selow ci, kuat kok"

kami tiba di pos pendakian selo menjelang magrib, setelah solat berjamah kami memesan makan malam, saat itu udara sangat amat dingin jadi kami memesan juga minuman hangat, sebetulnya saya sebagai pecinta teh langsung memesan minuman tersebut namun dilarang oleh deli dan akhirnya pesan kopi saja. menurut deli teh itu bisa membuat kita cepat merasa haus lagi dan ujung-ujungnya ingin ke toilet terus, berhubung di gunung susah nyari toilet mending minum kopi aja deh.

Setelah makan malam deli dan ajo mengurus perijinan pendkaian sedangkan saya hanya duduk-duduk saja, mengobrol dengan pendaki lain dan  berusaha menjaga mata ini tetap terbuka. Deli melarang saya untuk tidur, menurutnya kalo tidur nanti ngulang dr awal lagi (oke yang ini emang gak ngerti alesan yg sebenernya). Ada seorang pendaki wanita yang sempat saya ajak ngobrol, ia sebenernya sudah dalam perjalanan namun memutuskan kembali lagi ke basecamp karena merasa tidak kuat. saat itu saya langsung melihat kedua travelmate saya dan bilang " gw bisa gak ini yah".. dan mereka cuma bilang "bisa ci, pasti bisa kan ada kita, jalannya pokoknya santai aja"

Menjelang jam 11 malam, kami mulai mengemasi barang-barang dan memakai jas hujan kami. Setelah berdoa bersama, lalu ada sedikit wejangan dari deli: " kita jalan nya santai aja, gak usah terburu-buru. target kita 5 jam. sebisa mungkin kita sampai di atas ketika matahari udah muncul jd gak terlalu dingin. Ajo jalan di depan, uci di tengah dan gw seperti biasa di belakang. gak usah gengsi untuk bilang kalo capek. satu capek semua berenti"

dan kami pun mulai berangkat.........

Jalan yang kami lewati mula-mula adalah jalan aspal dan mendaki sampai di new selo, dari sana kami melipir ke tengah perkebunan warga. Jalanan kemudian didominasi bebatuan dan pasir. Seperti yang kuduga sebelumnya, kami banyak berhenti karna saya kehabisan nafas. Selama perjalanan ini kata-kata yang sering di dengar dari kedua travelmate saya adalah:

" yuk ci jalan lagi"
" ci, kalo mau istirahat jangan di tengah jalanan"
"ci minggir dulu kasih jalan buat pendaki lain, kita santai aja"
" yuk ci"
"semangat ci, bentar lagi kok"
"itu di depan udah ada pos lagi"
"ci, itu di depan ada tanah datar, kita bsia istirahat disana"
"ci minum dulu"
"ci nih makan pernen atau coklat ini dulu"
"ci yuk, jangan lama-lama istirahatnya"
" ci, capek yah? kita istirahat dulu 5 menit yah"

Tak banyak yang bisa saya ceritakan tentang medan jalan di jalur pendakian merapi, disamping kami jalannya malam hari, saya hanya berkonsentarsi bagaimana bisa terus berjalan. Warga disekitar dan pendaki lain mengatakan bahwa jalur pendakian ini mengalami perubahan pasca erupsi besar merapi. Semula jalur pendakian berupa jalan tanah namun setelah erupsi berubah menjadi bebatuan dan pasir yang cukup menyulitkan. Kalau kata deli, Merapi memiliki jalur yang cukup pendek namun medannya terus mendaki. Gunung ini memliki ketinggian sekitar 2900 mdpl. Berbeda dengan gunung2 lain semisal semeru, trek di semeru lebih panjang namun landai karna jalurnya mengelilingi gunung.

Merapi, 1 januari 2013, pukul 00.00

Menjelang pergantian tahun, udara dipenuhi cahaya kembang api. Ternyata banyak pendaki yang membawa stok kembang api ke merapi dan merbabu sehingga kami bisa menikmati keindahannya. Kami mencari tempat yang agak datar dan hanya berdiri berdampingan dan memandangi merbabu dari jalur pendakian dan juga warna-warni kembang api dan kerlap kerlip lampu kota nun jauh disana.

tepat jam 12 malam, kami tenggelam dengan pikiran masing-masing sampai kemudian deli memecah keheningan:

Deli: selamat tahun baru uci, selamat tahun baru ajo,
saya: selamat tahun baru deli, selamat tahun baru ajo.
ajo: selamat tahun baru deli, selamat tahun baru uci
      semoga bulan depan aku bisa lulus kuliah
deli: Iya semoga aku juga bisa lulus kuliah bulan depan
saya: amin, semoga tahun ini aku bisa kembali kuliah yah. btw kok bulan depan. secepatnya dong
deli: iya secepatnya, bulan depan harus udah lulus
saya: yakin? bulan depan itu februari loh.
ajo: oh iya sekarang udah masuk januari yah. maksudku lulus bulan ini
deli: semoga kita gak jomblo lagi
saya dan ajo; AMIEEEEENNNN
saya: oke kalau kalian bisa lulus bulan ini berarti aku traktir kalian makan, terserah dimana aja kalian mau
deli & ajo: oke, deal

(sampai saat ini baru resolusi ke 2 nya deli aja tuh yg tercapai, cuma dia yg udah gak jomblo lg, tapi tetep belom lulus, semoga secepatnya ya del, jo. setidaknya saya gak jadi nraktir mereka hehehehhe)

Perjalanan malam itu kami isi juga dengan curhat-curhat colongan dan tak lupa nyanyi2.. yang paling saya ingat adalah lagu coffe blues jogja yang sering banget di nyanyiin sama deli dan ajo dan akhirnya sampe rumah langsung nyari tau itu lagu....

Satu hal lagi yang membuat perjalanan ini menyenangkan adalah saya merasa bahwa kedua travelmate saya itu benar-benar care. Mereka gak ragu2 untuk membawakan tas saya, mengulurkan tangan saat saya mengalami kesulitan dalam pendakian, menghentikan perjalanan ketika melihat saya kelelahan,  menyodorkan minuman dan makanan, termasuk membawakan jaket saya, ngejemurin jaket saya yang basah, memasakan saya makanan dan minuman, menyediakan lapak di tenda buat saya tidur, serta tak henti-hentinya memasang stopwatch ketika kami beristirahat (deli selalu menghitung istirahat kami, sebisa mungkin tidak lebih dari 10 menit) serta merelakan jaket mereka untuk saya pakai ketika jaket saya sudah basah kuyub dan saya gak punya persedian jaket lg.


Samudra di atas Awan

Setiap teman yg saya tanya, apa yang menarik saat mendaki, hampir semuanya mengatakan samudra di atas awan. Gambaran itu pula yang terungkap pada film 5cm. Tetapi saat menjelang subuh di tanggal 1 Januari 2013 akhirnya saya melihatnya dengan mata saya sendiri. Samudra di atas awan. Saat itu kami sedang beristirahat di sebuah tanjakan yang cukup tinggi, sambil memakan cemilan kami menanti fajar pertama di tahun yang baru. kumpulan awan yang bergerak dengan latar belakang gunung merbabu membuat saya terkesima.

sekitar jam 6 pagi kami tiba di pos 2, kami melewati banyak tenda yang kosong, Menurut ajo, penghuni tenda tersebut pasti sudah treking kembali untuk muncak dan melihat matahari pertama di tahun 2013 dari puncak. Kami pun segera mencari-cari tenda berwarna merah dan biru. Agak sulit menemukan tenda tersebut diantara banyaknya tenda yang berwarna-warni. Tak lama kemudian ajo berteriak mengaakan bahwa ia melihat Eka. Kami pun langsung mempercepat langkah kami menghampiri Eka. Yak Eka, Chef Radius dan juga Teguh adalah juga anggota BPC Jogja. Mereka telah mendaki lenih dahulu dan membuka tenda jadi saya, deli dan ajo bisa bergabung dengan mereka. Kebetulan Eka membawa kamera slr, Kami pun langsung membuka jaket kami dan bergaya. Ajo bergaya dengan baju koko nya yang sudah dipersiapkan, Deli dengan jersey bolanya hasil nemu setelah main futsal lengkap dengan sarung tangan bola dan saya foto bersama spanduk traveller kaskus. Tak lupa kami pun sempat foto keluarga dengan latar belakang puncak merapai. (jangan tanya fotonya yee.. karna foto-foto itu ada di komputer eka yang sedang akan diperbaiki).

Puas foto-foto saya memilih masuk ke tenda dan menyelubungi diri dengan sleeping bag, namun deli memaksa saya untuk tidak tidur. Ia meminta saya, eka, teguh dan ajo untuk segera meneruskan perjalanan ke puncak. Menurutnya satu jam lagi ia perkirakan akan turun kabut jadi kalo kita terlambat naiknya maka kita gak akan dapet view apa-apa selain kabut.

Saya, ajo, teguh dan eka melanjutkan naik. perjalanan agak lumayan capek, tambah sulit medannya, penuh dengan pasir dan batu-batu besar. Kali ini formasi jalannya adalah ajo, eka, saya dan teguh. Saya sempat beberapa kali terpeleset. Ketika saya naik, banyak pendaki yang justru sudah turun lebih dahulu. Ada satu perempuan  yang sedang turun dan mengatakjan seperti ini " yeee gw bisa kan sampe puncak, pokoknya begitu dapet sinyal langsung gw mau pasang foto gw di puncak di bb, biar semua orang tau gw bisa sampe puncak".... saya sempat bengong sih ketika ia mengatakan itu, lalu tiba-tiba entah kenapa ia terpeleset dan tiba-tiba berlari kencang ke arah bawah tanpa bisa berhenti. Ia diselamatkan oleh teman saya teguh yang langsung memegang tangan wanita itu. Yeeeeeeeeeeeeeyyy teguh jd pahlawan hari itu. Saat itu saya cuma bisa bilang, oke jd begini kalo kita sombong di gunung yah.

Puncak bukanlah segalanya

Tiba di pasar bubrah kami foto-foto. ada sebuah monumen juga disana. Saya sempat duduk dan bersandar pada monumen itu untuk beristirahat sedangkan teman-teman saya yang lain nya sibuk berfoto-foto ria. Kondisi saya saat itu sudah sangat amat capek, kami pun belum sempat sarapan dan saya KEDINGINAN. tau bahwa saya kedinginan, ke 3 travelmate saya itu langsung menyelubungi saya dengan jaket mereka. Saat itu saya memutuskan untuk berhenti sampai di pasar bubrah. Walaupun puncak merapi sudah dekat sekali. Sudah di depan mata. ketiga travelmate saya membujuk saya untuk berjalan kembali. mereka bilang kita naik bareng berarti kita muncak juga bareng. mereka berusaha meyakinkan saya bahwa kita akan jalan santai dan pelan-pelan sampai mereka pun memberikan saya waktu 20 menit untuk beristirahat dan saya malah tertidur.  Setelah 20 menit mereka membangunkan saya dan membujuk kembali namun kondisi saya malah makin drop. Saya tetap pada keputusan saya untuk menunggu saja di bubrah. Puncak bukanlah tujuan saya. bukan segalanya, perjalanan yang saya lalu bersama para travelmate saya adalah merupakan sebuah hal yang luar biasa dan saya nikmati sekali. menurut saya setiap kita pasti punya limit dan cuma kitalah yang tau limit diri kita sendiri.

Setelah berunding, akhirnya kami memutuskan untuk meninggalkan saya di bubrah dengan semua perbekalan dan jaket untuk menghangatkan badan. yup, saya menunggu di pasar bubrah sementara ketiga teman saya melanjutkan untuk muncak dengan bekal hanya 1 botol air mineral.

Oke, ini satu alasan lagi kenapa saya ndak mau naik. SAYA TAKUT......... yah ternyata saya gak punya mental seperti pendaki2 lain. Beberapa kali saya mendengar suara-suara seperti letusan. Setlah dicari2 ternyata itu adalah suara letusan petasan yang dinyalakan di puncak dan suaranya menggema. namun gemuruh itu benar2 membuat saya takut. Saya takut kalau merapi kembali memuntahkan lahar nya pada saat kami malah mau mengunjungi puncaknya..............

Sekitar 2 sampai 3 jam saya menunggu. Kabut datang dan pergi dengan cepat. jujur saya benar-benar khawatir dengan ketiaga travelmate saya itu. Sudah banyak pendaki yang turun, semnetara pendkai yang berkemah di pasar bubrah pun sudah mengemasi tanda mereka. saya takut jika teman2 saya terjebak kabut di atas. Tapi saya ingat deli pernah bilang kalo kita tidak perlu mencemaskan kabut yang bergerak, yang mesti di cemaskan itu kalo kabutnya diam. Banyak pendaki yang lewat did epan saya menegur saya sampai mau mengantarkan saya kembali ke tenda, tetapi saya memilih untuk tetap menunggu, sambil terus kedinginan. saya takut kalo saya kembali ke tenda, teman-teman saya datang, mereka pasti akan mencari-cari saya.

Hujan rintik-rintik mulai mengguyur merapi, namun ke tiga teman saya belum jua kembali. Saya tak henti-hentinya meneriakkan nama ketiga teman saya plus juga meneriakkan kata-kata "ASHLAN" (nama kucingnya eka). Setiap ada pendaki yang lewat saya selalu menanyakan apakah masih ada orang di puncak. apakah mereka melihat 3 ornag lelaki dengan kamera slr..

Alhamdulillah teman-teman saya kembali dengan selamat tepat pada  waktunya, Tepat sebelum hujan turun dengan derasnya, kami pun turun dengan hujan-hujanan. Tiba di tenda kami basah kuyub namun disambut dengan makanan hasil karya chef radius dan minuman hangat. Setelah makan saya memilih untuk tidur. deli memberikan saya watu 2 jam untuk tidur. Matahari smepat muncul kembali dan diantara tidur, saya sempat mendengar sayup-sayup teman-teman menjemur jaket2 saya yang basah itu...

oke ini menu kami siang itu:

Nasi plus sarden, nasi yang dicampur mie (ini katanya namanya magelangan), spagheti jamur instan, kopi dan  coklas panas dan semuanya ala chef radius

Perjalanan pulang 

Perjalanan pulang gak semudah yang dibayangkan juga. Kami pulang dalam kondisi hujan deras. Tenda kami adalah tenda yang terakhir di bongkar. setelah foto keluarga terakhir kalinya di merapi, kami bergegas turun dengan sebelumnya berdoa dulu. Target kami adalah minimal 3 jam, jalan santai. Formasinya kali ini teguh di depan sebagai pembuka jalan, saya, ajo, radius, eka dan deli. Kami jalan agak sedikit kewalahan. Hujan mengguyur dengan deras membuat jalur turun nampak seperti selokan, jatuh bangun harus kami lalui, dan ini agak sedikit menghambat perjalanan kami. Lagi-lagi kali ini tas saya pun dibawakan oleh travelmate saya, ajo dan teguh bergantian membawakan tas saya sementara yg lain membantu saya melewati jalan-jalan yang sulit.

menjelang maghrib kami tiba di sebuah gapura. Disini kami beristirahat sebentar, memasang headlamp kami, repacking dan mulai berjalan kembali. Senter yg saya bawa rupanya tidak menyala, sementara headlamp teman-teman pun sudah hampir habis batrenya. Hari yang gelap membuat saya dan eka harus mengenakan kacamata, Jadilah teman-teman semakin berhati2 dan benar2 mengapit saya dan eka. Saya pun akhirnya menggunakan headlamp ajo namun karna gak bisa makenya akhirnya pakai punya nya deli.

Gelap, malem, dan licin membuat saya berjalan lebih hati-hati. Lengah dikit bisa masuk jurang nih. Pada umumnya sih berjalan lancar. Travelmates saya tak henti-hentinya memberi semangat. Ada sedikit longsor namun tidak sampai menghambat. sekitar jam 7 malam, kami tiba di new selo. Disini suasanan gelap. toko-toko sudah tutup. Kami beristirahat sebentar lalu meneruskan kembali melewati jalan aspal menuju basecamp.

Tiba di basecamp kami langsung memesan makan malan serta minuman hangat, menjemur jaket dan jas hujan serta mengganti baju. Setelah makan kami sempat tidur sebentar, skeitar 2 jam, kali ini saya menggunakan sleeping bag nya chef  Radius. Pada awalnya teman2 mengusulkan untuk kembali ke jogja esok hari saja namun deli mempunyai rencana bertemu dosennya sedankan saya besoknya harus kembali ke jakarta, maka jadilah kami kembali ke jogja malam itu juga.


Epilog

Buat saya ini adalah perjalanan yang tidak pernah saya bayangkan. saya merasa beruntung sekali bisa merasakan naik gunung dengan travelmate yang benar-benar care. Ada satu pesan dari deli saat kami beranjak menuju jogja.

" aku tau kamu takut sekali di tinggal. tips dari aku kalau memang kamu mau naik gunung lagi, coba kamu tanya dulu sama travelmate mu siapaun itu nanti, apa tujuan mereka naik gunung, kalau mereka naik gunung untuk mengejar sunrise pertama kali atau mau muncak, ada kemungkinan kamu bisa ditinggal, tapi kalau hanya sekedar jalan bisa jadi dia akan menjaga kamu. Buatku puncak kali ini bukan tujuan ci, aku cuma ingin jalan aja, merapi ini adalah gunung favorite ku tp emang udah lama aku gak kesini. kalau puncak jd tujuanku ngapain td aku milih di tenda dr pada ikut naik ke puncak bareng kalian"


Thanks deli, ajo, eka, teguh, chef radius atas perhatian kalian selama perjalanan ini. Semoga kalian gak kapok jalan sama aku yah.....


- travel is not about the destination, ist about the journey, travelmate and togetherness -



4 komentar:

  1. hahahahaha asik banget baca nya,... jadi berasa nostalgia tahun baru kemarin.. masih inget aja nih sampai detail nya begitu hahahaha

    selamat tahun baru uciiiiii ^,^"

    BalasHapus
  2. hahahaha ini padahal belum selesai del... iya gak tau kenapa berbekas banget di aku del... maklum pertama kali naik gunung dan dapet kalian sebagai travelmate wakakakkaka...

    Selamat tahun baru deliiiiiii ....... ayoo realisasikan resolusi pertama mu hehehehehhehe

    BalasHapus
  3. There always a story to write on, but friendship will be the best part to remember. Ralat, kopi sama coklat tuh karya pabrik. kalo mau kopi dan coklat karya saya, nanti yah. tunggu buka pabrik kopi dan coklat sendiri :P

    BalasHapus
  4. aaaahhhhhh terharu.. setuju chef...jd kangen kan jalan lg sama kalian... wakkakakakakak iya coklat dna kopi kan karya pabrik tp yg nyeduh kan dirimu chef

    BalasHapus