Hong Kong adalah salah satu kota besar dan dikenal sebagai
kota Metropolitan, namun ternyata juga memiliki banyak hal untuk dijelajahi,
jika saja kita tahu tempat yang tepat. Maka mendapatkan rekomendasi dari orang
lokal menjadi hal yang menyenangkan. Karena sebuah perjalanan akan menjadi
semakin menarik jika kita bisa melihat segala-sesuatu dari kacamata orang
lokal.
4 tahun lalu saya bertemu Ester untuk pertama kalinya. Ia
adalah penggiat heritage yang
bermukim di Hong Kong. Di sana, Ester dan teman-teman mengembangkan sebuah
aplikasi yang berisi peta jelajah yang dapat dilakukan dengan berjalan kaki ke
tempat-tempat otentik di Hong Kong. Di
sela-sela pekerjaan kami, saya mendapat banyak cerita mengenai Hong Kong dan
membuat saya ingin mengunjunginya.
“Jika suatu hari kamu berkunjung ke Hong Kong, datanglah ke Sai
Kung” Kata Ester. Sai Kung adalah sebuah daerah yang terdapat di wilayah “New
Territories” menjadi pilihan Ester dan tim untuk dibuatkan jalur jelajah dan
aplikasinya. “Kamu hanya perlu sekitar 2 jam untuk mengelilinginya dan jangan
takut karena rute menuju Sai Kung juga mudah” lanjut Ester. Menurutnya, Sai
Kung adalah tempat yang tepat jika ingin merasakan kehidupan masyarakat lokal.
Apalagi atmosfir yang ditawarkan sungguh berbeda dari Hong Kong pada umumnya. “Ritme
hidup di Sai Kung terasa lebih lambat” begitu kata Ester. Alasan lainnya adalah
karena Sai Kung dikelilingi oleh taman nasional yang luas, pantai, pelabuhan,
pulau hingga kota tua dan bangunan heritage.
Untuk menjelajahi Sai Kung, mulailah dari Tin Hau Tempel
sebuah Klenteng yang dibangun untuk menghormati
Dewa Laut. Terletak di Po Tung Road dan buka dari pukul 08.00 hingga
pukul 5 sore. Klenteng yang merayakan 1 abad pada tahubn 2016 lalu ini
sebetulnya merupakan gabungan dari 2 buah klenteng yang dijadikan satu pada
tahun 1916. Ada satu rahasia di klenteng ini, bagi mereka yang telah selesai
melakukan ritual pembakaran dupa dan berdoa
akan pergi menuju ruangan tidur Tin Hau. Mereka percaya bahwa siapa yang
berhasil menemukan kacang dibawah kasur Tin Hau maka akan segera memiliki bayi.
Selain itu, jika berkunjung di tanggal 3
bulan tiga kalender imlek maka lautan turis nampak di Klenteng ini untuk
melihat festival Tin Hau. Awalnya festival ini hanyalah sebuah ritual memohon
berkah, mendapat tangkapan yang banyak dan dapat kembali dengan selamat setelah
bekerja menangkap ikan yang dilakukan oleh para nelayan tetapi saat ini
orang-orang akan datang berduyun-duyun untuk memohon keselamatan.
Festival Tin Hau. sumber: http://www.discoverhongkong.com/eng/see-do/events-festivals/chinese-festivals/birthday-of-tin-hau.jsp |
Tin Hau Temple. Sumber:https://www.shutterstock.com/image-photo/tin-hau-temple-sai-kung-hong-141543997?src=RkYNEhxDwpXwQsNuyrhLOA-1-0 |
Sebagai daerah yang dekat dengann pelabuhan, maka tak
lengkap rasanya jika berkunjung ke Sai Kung jika belum mendatangi Pasar Ikan.
Tetapi mampirlah sejenak ke Anchor Man, sebuah toko yang menyediakan
perlengkapan bagi Anda yang ingin melakukan penjelajahan dengan kapal. Lokasinya
berada di 2A Hoi Pong Street dan buka setiap hari pada pukul 10.00-17.00. Segala
macam jenis tali, pelampung bahkan jangkar berbagai ukuran dapat ditemui di
sana. Sementara itu, pasar ikan selalu dipenuhi oleh banyak aktifitas. Selain
jual beli serta tawar menawar, ada perahu-perahu yang datang untuk menurunkan
hasil tangkapan, memasukkannya ke tangki dan mengirimkan ikan segar ke hotel,
restoran dan supermarket di Hong Kong.
“Jika lokasi ini dekat dengan pelabuhan, berarti ada banyak
kapal. Apakah kita bisa naik kapal juga” tanyaku pada Ester. “Oh tentu saja,
ketika kamu tiba di pelabuhan carilah sebuah meja hijau yang dijaga oleh
seorang wanita paruh baya, di sana kamu bisa memesan sampan” jawan Ester. Yim Tin
Tsai, sebuah pulau yang terletak hanya 20 menit dari pelabuhan bisa menjadi
pilihan untuk dikunjungi dengan sampan. Menariknya, di pulau ini terdapat
sebuah desa yang dahulu dihuni sekitar 1000 orang dari suku Hakka namun kini
seperti ditinggalkan. Tumbuhan liar perlahan menutupi rumah-rumah, kini semakin
mirip dengan hutan dan seperti menarik pengunjung kembali ke masa lalu. Destinasi
utama adalah st. kapel joseph , sebuah kapel sederhana yang telah
mendapatkan penghargaan sebagai situs warisan dunia pada tahun 2005. Selain
itu, Ester pun memberitahu saya sebuah rahasia. Sebelum pergi dengan sampan,
mintalah si Ibu untuk membawa tur mengelilingi pelabuhan, dan kita bisa semakin
mengenal daerah Sai Kung dari cerita si Ibu. Biasanya untuk tur ekstra ini ada
biaya sekitar 100-150 dolar Hong Kong yang harus dibayarkan tetapi itu semua
tergantung dari kemampuan tawar-menawar kita.
“Bagaimana dengan makanan, apa yang akan kamu rekomendasikan
untuk saya? Tanyaku lagi. Pertanyaan sederhana yang dijawab Ester dengan
menunjukkan sebuah video. Hakka Snack / Mrs. Hui Traditional Chinese Rice
Dumplings yang terletak di 21 See Cheung Street menjadi rekomendasi Ester. Toko yang buka dari pukul 10 pagi hingga 6.30
sore ini menawarkan berbagai macam jajanan khas Sai Kung yang terbuat dari
tepung beras dengan aneka rasa, ada yang manis dan ada yang asin. “Kamu tidak
akan menemukan snack yang sesehat ini.” Lanjut Ester. Bagaimana tidak sehat, bahan-bahan pembuatan
penganan ini organik, selain tepung beras ada juga kacang-kacangan,
biji-bijian, dan herbal. Rice Dumpling yang disediakan memiliki rasa yang segar
karena dibuat langsung di dapur yang berada di belakang toko, dikukus dalam
keranjang bambu dan disajikan dengan sangat menarik. Baunya menggoda selera,
lembut dan kenyal ketika digigit tetapi terasa lumer didalam mulut. Kesukaan
Ester adalah “black rice dumpling with crushed sesame and peanut”. Harganya
hanya 13 dolar Hong Kong untuk 1 paket isi 2.
Sai Kung menawarkan pesona lokal pada mereka yang ingin
memiliki arti lebih dalam perjalannya. Ada 35 tempat yang direkomendasikan oleh
warga lokal Sai Kung yang terdiri dari objek wisata, makanan, minuman, tempat
berbelanja dan hal-hal unik yang bisa menjadi kejutan. Saya pun rasanya tak
sabar menginjakkan kaki di Sai Kung, berjalan dari satu gang ke gang lainnya,
melompat dari satu tempat ke tempat lainnya, membaur dengan masyarakat dan
mendengar cerita langsung dari sumbernya, jika saja saya mendapat kesempatan
mengunjungi Hong Kong.
“Postingan ini diikutsertakan dalam kompetisi blog #WegoDiscoverHK"
Bersama Anne, salah satu staff I Discovery City Walks Hong Kong |
“Postingan ini diikutsertakan dalam kompetisi blog #WegoDiscoverHK"